Tentang Laskar Pelangi

 Tadi pagi di meja piket, di sela jam kosong mengajar, aku berbicara dengan guru Bahasa Indonesia seorang guru honor yang sedang dalam kondisi menunggu 'sk' sampai di tangannya. *** Pembicaraan kami pun beralih pada tugas yang diberikannya kepada anak -anak tentang komentar dan hikmah yang dapat diambil setelah menonton LASKAR PELANGI. 

Hasil komentar dan pendapat anak-anak menurutnya masih klise dan hanya seputar keberuntungan sebagai seorang siswa di Jakarta yang tidak menempuh perjalanan yang panjang menuju sekolah seperti kisah laskar pelangi. Kemudian dia bertutur, " Saya kok tidak melihat bagusnya film tersebut ya, ceritanya hambar dan hanya berisi informasi sebuah tempat dan kejadian. Orang-orang yang menonton tampaknya terhibur karena sudah baca novelnya, namun bagi saya ketika menonton belum membaca novelnya;" Film tersebut kurang menarik, tidak menampilkan sebuah kejadian yang membuat kita berfikir". Lanjutnya" Dan saya pikir siswa-siswa kita pun mungkin hanya menangkap sinyal yang samar tentang pesan dalam kisah laskar pelangi tersebut, apalagi mereka tidak membaca novelnya".

Benar saja setelah saya baca novelnya,.... ruh penceritaannya begitu menarik, saya baru mendapat inti dan pesannya. Temanku ini memang seorang sosok yang sangat teliti menurutku. Segala sesuatu dilihat dengan detail. Dia memperhatikan satu persatu tokoh yang bermain dalam film tersebut sampai pada baju yang dipakai pemainnya (cocok atau tidak dengan pakaian pada tahun peristiwa itu terjadi). Pemain figuran pun ia perhatikan. Aku pun mulai memahami komentar-komentarnya, dimana aku tertegun tanpa berkomentar dan menanggapi, apalagi memang aku sendiri belum menonton filmnya. Namun setelah sudah membaca novelnya, ditambah sang pemimpi kisah lanjutan si laskar pelangi...... 

Ahirnya kesimpulanku adalah, hal yang membuatku tertarik adalah bagaimana dahsyatnya sikap, performance, dan aura seorang guru bisa mempengaruhi & membangkitkan gelora, motivasi belajar laskar pelangi.... Kemudian rasa simpatik kepada orang tua "Ikal" dalam kisah kedua "sang pemimpi' dalam mendidik anaknya menuju gerbang pendidikan......... Aku terkagum dan terpikir aura dan ruh apa yang dimiliki orang tuanya?  Sehingga saat mendidik anak seperti itu, pikirku. 

Kemudian kami berdiskusi ," Di filmnya tidak digambarkan bagaimana sosok seorang guru yang membangkitkan motivasi belajar siswanya, malah yang ditonjolkan ibu guru Muslimah yang memiliki kerja sambilan sebagai penjahit pakaian. Jadi bukan seni mengajarnya".kata bu yeni. Aku pun bertanya, " Kalo di film-film barat( yang bercerita tema pendidikan) yang pernah kutonton misalnya ada sebuah dialog yang biasanya membuat kita terbawa suasana dan berfikir tuh, kalau di film laskar pelangi, ada ndak bu?",kataku . Bu yeni menyahut " Ya nggak ada tuh...menurut saya, banyak yang hambar aja dari penggambaran ceritanya , apalagi guru yang diperankan oleh aktor Tora , kayaknya aneh aja menurutku" ,

Hasil kesimpulanku sementara dari pembicaraan tadi....... " Oh nasibmu guru, negeri ini sudah lupa tentang jasa baikmu dulu......, seolah-olah kini paradigma keikhlasan guru dalam mendidik ,sudah hampir punah dalam perpustakaan imajinasi masyarakat. Sehingga dalam penuturan cerita di sebuah drama dan film pun terlupakan penggambaran "aura positifnya". Ada apa dengan "sosok pejuang tanpa tanda jasa"kini................. selanjutnya........terserah anda....

-sebuah introspeksi untuk diri sendiri-


revisi kembali dari tulisan tgl 29 Nov 2008


foto dari https://images.app.goo.gl/kRuRTqi5Jpx1FzGy8

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi diri sendiri

INVESTASI