Mengapa Guru ?


Dahulu tak pernah terpikirkan dan terucap dalam kata-kata tentang cita-cita menjadi guru sedari kecil. Singkat cerita jadilah aku sekarang menjadi seorang guru....Teman SMP ku mengatakan ,"Hah, kamu jadi guru?’, kemudian mengatakan juga ke temenku yang lain,” bisa ngomong juga tuh anak !", mmh what's wrong with me.......(senyumin ajah)

Pernah tetangga sebelah mengatakan....."Bagaimana tuh dia, diem banget, kalau jadi guru gimana ya ?"
Rekan guru pernah juga bertanya, "Emang Ibu bisa marah juga sama anak-anak ?"
Nah sekarang yang ada dalam pikiranku, memangnya guru itu dipandang masyarakat seperti apa ya? Ataukah profesi guru hanya untuk orang-orang berkarakter tertentu? yang tipe banyak bicara, bisa marah-marah sama anak murid ? Apa cuma sekedar itu ? Mengapa harus bisa marah pula?
Kalau saya flashback kembali masa lalu saya, mungkin karena kekcewaan saya terhadap sikap seorang gurulah yang mengantarkan saya untuk menjadi seorang guru ( ini hanya kasuistik loh). Namun pengalaman tidak mengenakkan membuat inspirasi tersendiri, bukan sakit hati terhadap pribadi gurunya, karena bagaiamanapun sikapnya, beliau tetap guru saya yang harus saya hormati. Justru karena perlakuan tersebut membuat saya menjadi termotivasi membuat perbaikan. 
Mungkin pandangan itu sepintas bak pahlawan kesiangan yang menolong psikologis anak-anak nusantara, uhuy.....:)

Tapi justru karena ada masalah, itulah yang menjadi titik tolak awal dari pilihan karir saya selanjutnya.
Kondisi tersebut membuat saya bertekad untuk selalu berusaha menjadi guru yang bermanfaat, supaya anak-anak didik saya dapat tumbuh kembang bebas sesuai bakat dan minatnya dan nyaman dengan dirinya sendiri,dan bisa mengatasi tekanan psikologis yang menghambat perkembangannya….

Supaya anak-anak di sekolah tidak mengalami seperti saya yang pernah tak percaya diri untuk mampu mengembangkan segala potensi dan bakat terpendam, tak kreatif dan tak nyaman dengan sindiran-sindiran negatif yang mengalahkan optimisme untuk berkembang.

Saya ingin anak-anak di sekolah  itu mengalami kenyamanan dengan segala atribut diri yang telah dianugrahkan Allah kepadanya...
Saya ingin anak-anak itu memiliki paradigma berpikir positif terhadap segala hal tentang dirinya
Saya ingin anak-anak itu memiliki optimisme yang kuat dalam menghadapi kehidupan
Saya ingin anak-anak itu memiliki ketahanan diri dalam menghadapi kelatahan globalisasi yang menyerang dari segala sudut
Saya ingin anak-anak itu mengenal dirinya dan Rabb pencipta
Saya ingin anak-anak itu menjadi generasi Rabbani yang mendapatkan ridho Ilahi

-refleksi 23 Desember 2008-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi diri sendiri

INVESTASI